OPINI PUBLIK, Saberpungli.com Selamat datang di Rusunawa Tapteng Jl. Feisal Tanjung Pandan Kabupaten Tapanuli Tengah, dimana keramahan bertemu dengan ketegangan, dan aroma teh pagi berganti dengan bau lem di malam hari. 01/05/2024
Di sebuah sudut tersembunyi di Sumatera, terdapat sebuah komedi bukan dari jenis yang akan membuat Anda tertawa, melainkan jenis yang memancing tanya,
“Ini seriusan?” Ya, mari kita selami lebih dalam keanehan yang terjadi di Rusunawa Tapteng.
Rusunawa Tapteng Benteng Punk, Lantai Enam Jadi Sarang Lem
Di lantai enam, jangan heran jika melihat pesta non-resmi yang dipenuhi oleh remaja dengan semangat rebel mereka dan sekaleng lem.
Ini bukan acara peluncuran produk DIY, melainkan ritual malam mingguan non-penghuni yang tampaknya lebih tahu tentang jadwal kegiatan di Rusun dibandingkan penghuni itu sendiri.
“Rusunawa? Oh, Anda maksud klub malam lantai enam itu?” mungkin akan menjadi tanggapan standar bagi mereka yang tahu situasi sebenarnya.
Non-Penghuni, Nongkrong Asyik Apa Kabar Keamanan?
Geng non-penghuni tampaknya telah membuat Rusunawa Tapteng sebagai lokasi meetup favorit mereka; sebuah pencapaian untuk catatan publik Rusun, tapi sayangnya bukan tipe pencapaian yang diinginkan.
Berbicara soal keamanan, sepertinya lebih mudah menemukan jarum di tumpukan jerami daripada menemukan penjaga keamanan di sekitar ketika sedang dibutuhkan.
Seperti bisikan di malam yang sunyi, “Apa kabar keamanan?” menjadi pertanyaan retoris di tengah kegembiraan ngelem.
Anak Punk Kuasai Blok B, Pesta Lem Tanpa Undangan
Blok B, yang seharusnya menjadi santuari bagi penghuni, kini telah bertransformasi menjadi ajang pesta lem tanpa undangan yang dipimpin oleh para anak punk lokal.
Jika Anda berpikir bahwa pengurus rusun akan mengambil langkah cepat, perkirakan lagi. Mungkin para penghuni sudah terlalu lelah untuk mengadu, atau mungkin pesta lem tersebut sebenarnya adalah atraksi turis tersembunyi yang belum kita ketahui.
Pengelola Rusun, Mimpi Indah atau Pura-Pura Tidur?
Di tengah kekacauan yang menarik ini, banyak yang bertanya-tanya, apakah pengelola rusun sibuk menghadiri seminar “Bagaimana cara pura-pura tidak tahu apa-apa” atau mereka benar-benar terlelap dalam mimpi indah, tidak terganggu oleh kegaduhan sekitar?
Sementara pesta berlangsung, dan keluhan terus bertambah, sepertinya tagline baru untuk pengelola Rusunawa Tapteng adalah, “Kami tidak mendengar, dan jika kami tidak mendengar, itu tidak terjadi.”
Warga Serukan SOS, Pihak Keamanan Sedang Ngeteh?
Ketika warga putus asa meneriakkan SOS, satu-satunya respons yang mereka dapatkan hanyalah bisikan angin yang membawa aroma teh dari kedai di sudut jalan – indikasi yang menenangkan bahwa Pihak Keamanan mungkin sedang menikmati ngeteh di waktu yang bersamaan.
“Warga dalam masalah? Tunggu, biarkan saya selesaikan teh ini dulu,” mungkin menjadi kalimat standar dari otoritas setempat sambil merenung tentang kehidupan.
Begitulah kisah Rusunawa Tapteng, di mana setiap sudut menawarkan drama dan tawa yang terselip di antara tumpukan masalah serius.
Pada akhirnya, mungkin yang kita butuhkan hanyalah sedikit kepedulian, atau setidaknya, beberapa kaleng lem yang lebih berkualitas untuk tempelkan kembali keamanan yang telah lepas.
Dan ingat, di Tapteng, larangan masuk mungkin hanya undangan dalam penyamaran untuk pesta selanjutnya. Selamat datang, dan selamat bertahan! (Red)